Langsung ke konten utama

RESENSI BUKU “ANAKKU MATAHARIKU”


RESENSI BUKU “ANAKKU MATAHARIKU”
Data Buku
Judul buku                  : Anakku Matahariku
Pengarang                   : Priska Devina
Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit/cetakan   : 2013/1
Jumlah Halaman          : 148
Sinopsis Buku
Buku ini menceritakan perjalanan panjang seorang ibu bernama Priska Devina yang mengharapkan seorang anak setelah tujuh tahun pernikahannya. Hingga Priska mempunyai seorang bayi cantik bernama Sekar Kristanto Putri yang selanjutnya mewarnai hari-harinya dan memberikannya banyak makna dari kisah yang mereka lewati.  Apabila dikaitkan dengan psikologi positif maka secara keseluruhan buku ini menjelaskan hubungan antara orang tua dan anak disertai dengan penanaman konsep-konsep positif sejak dini.

Bagian Pertama “Ketika engkau datang”
Bagian ini menceritakan tentang pengalaman penulis mengikuti pelatihan yang diadakan perusahaannya. Diakhir sesi pelatihan peserta pelatihan diharapkan untuk menuliskan impiannya di masa depan. Diantara impian yang dibuatnya  ada  satu yang benar-benar dia inginkan yaitu mempunyai anak setelah tujuh tahun pernikahannya. Beberapa bulan setelah itu penulis mempunyai seorang anak yang cantik dan penulis menyadari betapa besar pengorbanan seorang ibu agar kita dapat hadir di dunia.
Apabila dikaitkan dengan psikologi positif maka dapat disimpulkan bahwa bagian pertama buku ini menyiratkan tentang:
1.      Hope
Harapan disini memainkan peran yang sangat penting dalam jiwa penulis  untuk mencapai impiannya. Setelah sekian lama menikah penulis belum mempunyai anak, namun dia tidak putus asa dan selalu berusaha sampai pada suatu ketika dia diminta untuk menuliskan impiannya di masa depan maka penulis mencacat bahwa keinginan terbesarnya adalah mempunyai seorang anak. Berkat usaha, dorongan orang di sekitarnya dan harapan besar yang dia miliki akhirnya impiannya itu tercapai.
2.      Gratitude
Impian besar untuk mempunyai anak yang akhirnya dicapai oleh penulis membuatnya menyadari betapa besarnya pengorbanan orang-orang di sekitarnya terutama ibunya dalam melahirkan dan membesarkan sampai saat sekarang si penulis pun telah menjadi seorang ibu. Rasa syukur penulis sangat besar terutama kepada Tuhan dan orang-orang sekitarnya yang mencintainya begitu dalam.

Bagian Kedua “Tentang Cinta”
            Dalam bagian ini ada beberapa kisah inspiratif yang diceritakan oleh penulis tentang dia dan anaknya kemudian dikaitkan dengan psikologi positif, antara lain:
1.    Kebiasaan penulis mengikat rambut anaknya setiap pagi dan penulis merasa hal yang dilakukannya itu tidak dia dapatkan dari orang tuanya dulu. Ketika kecil yang sering mengikat rambut penulis dengan pita dari tali rafia adalah neneknya.
Dikaitkan dengan psikologi positif maka perlunya hubungan positif antara orang tua dan anak dibentuk. Hal-hal kecil yang dilakukan orang tua ketika kita masih kecil akan selalu terkenang sampai kita dewasa. Berbeda dengan penulis, dia lebih mengingat kenangannya dengan neneknya yang selalu mengurusinya sebelum pergi ke sekolah daripada dengan orang tuanya sendiri.
2.    Penulis menceritakan tentang anaknya yang ikut menyumbangkan uang jajannya ketika melihat ibunya mengumpulkan sumbangan untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan.
Dikaitkan dengan psikologi positif yang berfokus pada pengembangan potensi positif seseorang maka pada bagian ini dapat dibuktikan bahwa salah satu pilar psikologi positif tersebut adalah lingkungan positif yang memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan nilai kebaikan. Seperti pada bagian ini orang tua mengajarkan anak untuk memiliki sifat selalu berbagi dengan orang lain yang membutuhkan.
3.    Penulis juga menceritakan tentang kejutan-kejutan manis yang dilakukan oleh Sekar (anaknya) terhadap dia dan suaminya. Tulisan-tulisan itu tentang ucapan terima kasih maupun ucapan-ucapan lainnya.
Dihubungkan dengan psikologi positif maka hal ini berhubungan dengan parents-child relationship. Ketika hubungan baik yang diciptakan oleh orang tua dan anak terjalin maka hubungan antara anak dan orag tua akan terasa hangat.

Bagian Ketiga “Persepsi”
Pada bagian ini penulis menceritakan tentang kisah mengenai pengetahuan anaknya tentang hal-hal yang ada disekitarnya. Pengetahuan itu dibangun sendiri oleh Sekar melalui pengalaman yang dialaminya secara langsung. Sehingga penulis menulis beberapa tanggapan anaknya tentang sesuatu hal dan menceritakan tanggapan yang seharusnya dia lakukan. Berikut kesimpulannya dan kaitannya dengan psikologi positif:
1.         Penulis membentak anaknya karena mengambil lipstik mahal yang baru dibelinya. Setelah kejadian itu penulis merasa menyesal dan meminta maaf kepada anaknya secara langsung dan tanpa rasa malu.
Psikologi positif yang dapat dikaitkan dengan peristiwa  ini adalah perlunya orang tua menjadi model dalam pengembangan karakter anak. Karena anak usia dini adalah peniru yang ulung maka dari itu perlu penanaman karakter sejak dini.
2.         Penulis menceritakan tentang salah satu teman anaknya yang merasa dibenci oleh orang tuanya. Hal tersebut terjadi karena anak tersebut berasal dari keluarga yang mendidik dengan gaya otoriter dan keras. Tapi si anak ini memiliki tipe yang berbeda dengan saudaranya yang lain yaitu tidak bisa berada dalam situasi keras tersebut.
Psikologi positif yang bisa dikaitkan dengan tulisannya ini adalah perlunya orang tua menyesuaikan cara mendidik anaknya dengan kepribadian anak. Jangan biarkan keluarga menjadi tempat yang tidak nyaman baginya. Sehingga anak merasa tidak dimengerti  dan diterima di tengah-tengah keluarga. Oleh karena itu perlunya ruang komunikasi yang cukup sehingga orang tua dan anak mengerti perasaan masing-masing.
3.         Kisah selanjutnya yang dituliskan oleh penulis adalah tentang sikapnya yang selalu memperlakukan anaknya dengan baik. Berbeda ketika penulis yang sering diperlakukan dengan kurang pantas. Seperti dibangunkan dengan menggunakan kaki. Penulis mengambil kesimpulan dari cerita ini yaitu kata-kata dan sikap yang terakhir dirasakan anak sebelum tidur adalah kata-kata dan sikap yang baik.
Apabila dihubungkan dengan psikologi positif maka pentingnya untuk menciptakan lingkungan positif untuk anak agar dia merasa nyaman dilingkungannya, baik di keluarga maupun sekolah.

Bagian Keempat “Daily Lesson”
Pada bagian ini penulis beberapa cerita dalam kehidupan sehari-harinya yang menekankan bahwa perlunya rasa syukur dalam kehidupan dan dikenalkan kepada anak sejak dini. Adanya jeda waktu menunda mengabulkan permintaan anak juga akan meningkatkan rasa syukur anak ketika memperoleh sesuatu. Ini terbukti ketika Sekar (anaknya penulis) menginginkan boneka tapi sebenarnya dia sudah memiliki banyak.ju Maka dari itu orang tua hendaknya juga mengajarkan tentang arti kebutuhan dan keinginan.
Bagian ini juga menceritakan tentang pentingnya orang tua dalam memilihkan sekolah yang cocok untuk anak. Sekolah yang dipilih adalah sekolah yang mampu melatih kemandirian anak dan yang terpenting anak merasa flow dalam aktifitas sehari-hari. Dalam hal ini dapat disimpulkan betapa pentingnya orang tua paham dan mengerti tentang konsep sekolah yang bisa membuat anak merasa flow dan mempunyai keterampilan dalam kehidupan.

Komentar

  1. Dear Mbak Isa, terima kasih untuk resensinya. Ditulis dengan sangat baik lengkap dengan kategorinya. Keren 👍👍😊😊🙏 (Priska Devina)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo mba...
      terimakasih mba. Ini merupakan tugas perkuliahan saya mba. Izin pakai bukunya mba😁
      setahun lebih berlalu dan saya baru baca, ternyata yang komen adalah penulis buku ini.
      amazing..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

kolaborasi orang tua dan guru dalam pendidikan Anak Usia Dini

MID SEMESTER KOLABORASI ORANG TUA DAN GURU DALAM PENDIDIKAN AUD OLEH : ISA HIDAYATI / 1100795 PG PAUD REGULER 2011 DOSEN PEMBIMBING: Nurhafizah ,M.Pd PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012 1.       Jelaskanlah urgensi/pentingnya kolaborasi orang tua dan guru dalam mengembangkan kemampuan AUD !         Orang tua sebagai mitra guru   dalam pendidikan anak usia dini perlu mengetahui pembelajaran yang dilaksanakan anak di sekolah. Karena apabila orang tua   pasif dan tidak memperhatikan anaknya maka anak   dalam menerima pelajaran dari sekolah merasa bingung dengan dua dunia yang berbeda. Pembiasan-pembiasaan di rumah berbeda dengan apa yang diajarkan di sekolah sehingga anak akan menemui masalah dalam pembelajaran dan penyesuaian. Apalagi dalam pendidikan anak usia dini yang merupakan peletak dasar pendidikan pada anak.          Orang tua juga harus bisa menjadi pendukung pembelajaran

pengembangan program pembelajaran sains AUD

MAKALAH PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN SAINS AUD OLEH NAMA ANGGOTA: Zahratul Qalbi (1100776) Nora Elina (1100771) Dona sri rahayu (1100794) Syarifah nurza (1100792) Islamaisa (1100793) Della Delina (1100765) Ezi Alfrina (1100755) Syukrina Wiladatika (1100780) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURUPENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN SAINS AUD”.              Makalah ini berisikan tentang informasi tentang Pengembangan Program Pembelajaran Sains AUD.Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Pengembangan Program Pembelajaran Sains AUD. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kri

media audio visual dan serbaneka

Media pembelajaran audio visual dan serbaneka A.     Media Audio Visual 1.    Pengertian Media Audio Visual Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar.(Rohani, 1997: 97-98). Media audio visual adalah merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Media audiovisual merupakan kombinasi dari media audio dan media visual, atau biasa disebut media pandang dengar. Dengan menggunakan media audio visual ini maka penyajian isi tema kepada anak akan semakin lengkap dan optimal, selain itu media iini dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini guru tidak berperan sebagai penyampaian materi bisa diganti oleh media. Peran guru bisa beralih menjadi fasilita