Ø Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang
dapat dimanfaatkan untuk keperluan
Ø Briggs (1977) berpendapat bahwa
media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi
pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.
Ø Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran.
Ø Latuheru(1988:14),
menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi
komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna
dan berdaya guna
Ø Sadiman,2002:6
Media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Ø Heinich,
Molenda, Russel (1996:8) menyatakan bahwa : “A medium (plural media) is a
channel of communication, example include film, television, diagram, printed
materials, computers, and instructors. (Media adalah saluran komunikasi
termasuk film, televisi, diagram, materi tercetak, komputer, dan instruktur).
Ø Purnamawati
dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
“media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
“media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
Ø Robert Heinich dkk (1985:6)
mengemukakan definisi medium sebagai sesuatu yang membawa informasi antara
sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dari sudut
pandang yang sama, Kemp dan Dayton (1985:3), mengemukakan bahwa peran media
dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sander) kepada penerima pesan atau
informasi (receiver).
Peranan
dan kegunaan media pembelajaran
Untuk memahami peranan media dalam proses
mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam
sebuah kerucut yang kemudian dinamakan Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Edgar
Dale cone of experience).
Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk
menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa memperoleh
pengalaman belajar secara mudah. Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar
Dale itu memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang
Diperoleh siswa dapat melalui proses
perbuatan atau mengalami sendiri apa yang
dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui media tertentu dan
proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan
pengajaran, contohnya melalui pengalaman langsung, maka semakin banyaklah
pengalaman yang diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh
pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit
pengalaman yang akan diperoleh siswa. (Wina Sanjaya, 2008:165)
Curzon (1985) menyatakan perlunya guru
menggunakan media pembelajaran sebagai
berikut:
The object of using audio visual material in
the classroom in the communication of information incidental to the total
teaching process. Selected and used skillfully the aid in the right time, the
right place, and the right manner – audio visual aids (AVA) can multiply and
widen the channels of communication between teacher and class.
Pernyataan Curzon cukup jelas kiranya dapat
mencirikan pentingnya penggunaan media dalam bentuk AVA untuk pengajaran secara
umum, bahwa penggunaan AVA dapat memperluas saluran komunikasi antara guru dan
siswa. Maksudnya apabila Anda mengajar dengan tidak menggunakan AVA seperti
ketika menjelaskan materi pelajaran atau ketika memberi latihan, berarti Anda
hanya menggunakan mulut untuk berkomunikasi atau disebut juga komunikasi
verbal. Apabila Anda menggunakan media seperti tape, gambar, dll. dalam
mengajar, maka Anda menggunakan lebih dari satu saluran komunikasi. Anda tidak
hanya memberikan stimulus secara verbal saja, tetapi Anda juga menggunakan
stimulus melalui saluran aural dan visual. Semakin banyak kita menggunakan
saluran komunikasi ketika mengajar, semakin banyak informasi yang dapat diserap
siswa, serta tentunya semakin efektif pengajaran kita.
Selanjutnya, Curzon menyampaikan maksud utama
dari penggunaan media sebagai berikut :
A class acquires knowledge and skills as the
results of assimilation of responses elicited by those stimuli which create
sensory impressions. The concept of teaching which is based on the teacher relying
solely on his voice and personality steems from the belief that communication
is best achieved through the medium of sound. The use of AVA (media) in a
lesson is based on the consideration of communication as related to all the
senses of the talk of the teacher in providing the appropriate stimuli for
desired responses can be facilitated by him to engage the students’ senses of
hearing, seeing, touching, etc.
Dari penuturan Curzon, kita dapat menyimpulkan
bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa merupakan asimilasi
atau gabungan dari respon-respon yang dirangsang oleh stimulus-stimulus yang
menciptakan suatu kesan sensoris pada diri siswa. Sebagai contoh, ketika Anda
mengajar reading, Anda menemukan satu hal yang sangat sulit dijelaskan secara
verbal dari teks kepada siswa. Kemudian, Anda menggunakan alat bantu visual
berupa gambar. Dalam hal ini, selain Anda menggunakan saluran komunikasi
verbal, Anda juga menggunakan saluran komunikasi lain yaitu visual. Siswa akan
lebih dapat memahami pelajaran dengan bantuan visual berupa gambar selain
penjelasan guru.
Pentingnya media juga dapat dilihat dari aspek
kehidupan siswa. Suatu kenyataan bahwa siswa mendapatkan pengalaman yang lebih
luas dan bervariasi dibanding orangtua mereka ketika masih muda. Sehingga cukup
beralasan kiranya apabila sekolah memberikan siswa pengalaman sebanyak mungkin
dan variatif. Untuk mencapai hal ini, sekolah harus menggunakan sebanyak
mungkin media yang dapat menyajikan berbagai pengalaman kepada siswa. Moller
(1974) dalam hal ini menyatakan:
Life divides two kinds of reality: that
imposed by the school; and the real, living world outside. The new media can
help us a lot in our task of: unifying the two realities; indeed they are
indipensable if we want to succeed in giving children a stimulating environment
in which they can learn.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa media
instruksional sangat bermanfaat untuk membangkitkan motivasi siswa dalam
belajar karena media menyajikan banyak pengalaman yang menarik, bahkan pengalaman
akan dunia di luar sekolah. Walaupun demikian, hasil yang didapat sangat
dipengaruhi oleh penggunaan media dengan benar, tepat, dan terseleksi.
Banyak guru tidak memanfaatkan media
audio-visual karena dianggap mahal atau tidak tahu cara pemanfaatannya dalam
pembelajaran. Seperti kata pepatah “ala bisa karena biasa” memang terjadi dalam
pemanfaatan media. Banyak guru tidak bisa karena tidak diajari atau tidak mau
belajar sendiri untuk menggunakannya, serta tidak mau mencoba. Suatu sikap yang
harus diterapkan di kalangan guru adalah mencoba belajar menggunakannya. Guru
akan langsung merasakan manfaatnya setelah mencoba.
Media dapat digunakan untuk keperluan
pembelajaran baik secara klasikal maupun individual. Dalam pembelajaran
klasikal, media menjadi bagian integral dari proses pembelajaran itu sendiri.
Melalui penggunaan media, siswa dapat terlibat langsung dengan materi yang
sedang dipelajari. Misalnya, penggunaan media realia atau benda nyata akan
memberikan pengalaman belajar (learning experiences) yang sesungguhnya kepada
siswa. Siswa dapat menyentuh dan mengobservasi benda tersebut dan memperoleh
informasi yang diperlukan. Dalam mata pelajaran biologi, contoh benda nyata
adalah flora dan fauna yang dapat diobservasi secara langsung oleh siswa.
Media memiliki beberapa fungsi,
diantaranya :
- Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
- Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
- Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
- Media menghasilkan keseragaman pengamatan
- Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
- Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
- Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
- Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
fungsi dari media pembelajaran
yaitu media yang mampu menampilkan serangkaian peristiwa secara nyata terjadi
dalam waktu lama dan dapat disajikan dalam waktu singkat dan suatu peristiwa
yang digambarkan harus mampu mentransfer keadaan sebenarnya, sehingga tidak
menimbulkan adanya verbalisme.
Klasifikasi dan karakteristik media pembelajaran
Selain tahu pentingnya penggunaan media pembelajaran, Anda juga harus
mengetahui karakteristik setiap media, potensi apa yang dimilikinya, apa
kelebihan dan apa kekurangannya. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil yang
optimal dari penggunaan media tertentu dalam pembelajaran. Setelah mengetahui
karakteristik berbagai media, kita dapat menyeleksi media mana yang cocok untuk
digunakan pada proses belajar mengajar tertentu. Dalam hal pentingnya
mengetahui karakteristik (properti) media, Kemp (1985) menyatakan:
This properties of media help to indicate why they are used and what they
can accomplish that teachers alone can not accomplish (or can accomplish less
efficiently). The properties affect the ways in which each medium is used.
Terdapat tiga karakteristik media secara umum menurut Kemp (1985) yaitu:
fixative, manipulative, dan distributive. Fixative property mengacu pada
kemampuan media untuk merekam peristiwa, menyimpan, dan mereproduksi informasi
bilamana diperlukan. Contoh media ini adalah: pita kaset audio dan video,
sekarang ditambah dengan cd, vcd, dan dvd. Alat rekam dan putarnya adalah tape
recorder, kamera, video player, cd/vcd/dvd player, televisi dan komputer.
Manipulative property adalah kemampuan media untuk mentransformasi obyek
atau peristiwa dengan berbagai cara. Kemampuan ini dimiliki media seperti:
kamera yang dapat memperbesar/memperkecil obyek; mempercepat proses, contohnya
proses membukanya kelopak bunga. Dalam PBM tentang geografi, guru dapat
memanfaatkan misalnya video sebuah gunung berapi yang tidak mungkin dilihat
dari jarak dekat. Kemampuan manipulatif sekarang sudah sangat maju dengan
bantuan komputer. Kita tidak perlu kemana-mana mencari bahan, segala bahan yang
diperlukan dapat ditemukan di komputer serta dimanipulasi di komputer pula.
Distributive property adalah kemampuan media untuk menyebarkan informasi
melalui udara, sehingga peristiwa yang terjadi di tempat yang berjauhan dapat
ditayangkan secara simultan. Contoh untuk ini adalah siaran tutorial udara
Universitas Terbuka yang dipersiapkan sebelumnya di Studio UT kemudian
disiarkan ke seluruh Indonesia melalui RRI.
E. Pemilihan Media Untuk Pembelajaran
Setelah Anda mengetahui pentingnya media untuk pembelajaran, tugas Anda
selanjutnya adalah memilih media yang paling baik dan paling cocok untuk suatu
kegiatan pembelajaran. Sebelum Anda menentukan media apa yang akan Anda pilih
atau terapkan dalam pembelajaran, ada baiknya Anda perhatikan saran-saran yang
disampaikan oleh Curzon (1985). Menurut Curzon ada beberapa pertanyaan yang
seharusnya dapat dipertimbangkan sebelum Anda menentukan suatu media, yaitu
sebagai berikut:
Apakah tujuan instruksional yang ingin saya capai benar-benar membutuhkan
pemanfaatan alat bantu audio-visual ?
Karakteristik media yang bagaimana yang akan membantu saya dalam mencapai
tujuan instruksional?
Respon apa yang ingin saya peroleh dari penggunaan media, misal; ingatan,
pemahaman, atau konsolidasi?
Bagaimana respon siswa/kelas terhadap penggunaan media?
Bagaimana saya mengevaluasi keefektifan media yang dipergunakan?
Sekarang mari kita bahas satu per satu pertanyaan-pertanyaan di atas agar
Anda paham benar apa yang harus Anda lakukan dalam memilih suatu media. Suatu
keharusan bahwa ketika Anda mengajar, Anda telah memiliki tujuan instruksional
yang harus dicapai siswa Anda. Biasanya, tujuan instruksional menyatakan suatu
perubahan perilaku. Oleh karenanya dalam pemilihan media, Anda harus
memperhatikan kesesuaian media dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh
dalam pelajaran listening comprehension, tujuan instrusionalnya adalah siswa
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang isi wacana bahasa Inggris yang
dibacakan oleh seorang native speaker. Media yang Anda pilih haruslah media
yang dapat memfasilitasi siswa untuk melakukan latihan mendengarkan suatu teks
yang dibacakan oleh native speaker, yaitu sebuah tape recorder dan kaset yang
berisi rekaman suara seorang native speaker yang sedang membaca suatu teks.
Tanpa menggunakan media ini, tujuan instruksional akan sulit dicapai.
Pertanyaan kedua membuat Anda harus memikirkan karakteristik suatu media
yang akan membantu Anda dalam mencapai tujuan instruksional. Misalnya kita
ambil contoh di atas, karena Anda memerlukan rekaman suara seorang native
speaker, maka media yang akan dipergunakan haruslah memiliki karakteristik
“fixative” property yaitu kemampuan media untuk merekam peristiwa, menyimpan,
dan mereproduksi informasi bilamana diperlukan. Media yang memiliki
karakteristik seperti ini adalah tape recorder atau cd player.
Pertanyaan ketiga mengharuskan Anda untuk mempertimbangkan respon yang
dirangsang stimulus atau dibangkitkan oleh suatu media yang Anda pilih. Dalam
pelajaran listening comprehension di atas, respon yang diinginkan adalah
pemahaman isi suatu teks yang dibacakan oleh seorang native speaker. Pemahaman
dicirikan dengan kemampuan siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang isi
teks/wacana setelah menyimak dengan seksama kaset/cd berisi bacaan yang
diputarmainkan oleh tape-recorder atau cd-player.
Pertanyaan keempat membuat Anda harus mempertimbangkan respon siswa
terhadap penggunaan suatu media. Apakah dengan penggunaan media tersebut siswa
menyambut dengan antusias ataukah malah menjadikan siswa lebih banyak mengalami
kesulitan. Apakah siswa tertarik dengan pelajarannya? Apakah mereka akan dapat
mencapai tujuan instruksional dengan lebih efektif dengan media tersebut?
Semuanya ini bergantung pada media yang Anda pilih, karenanya, pilihlah media
yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan/level siswa, dan pastikan bahwa
media tersebut dalam kondisi yang baik. Sebagai contoh, jika materi pelajaran
terlalu sukar untuk siswa, jika peralatan (dalam contoh di atas adalah tape
recorder) rusak atau tidak menghasilkan suara yang baik, maka media tersebut
jangan dipakai.
Pertanyaan kelima adalah hal terakhir yang perlu Anda pertimbangkan yaitu
bagaimana mengevaluasi keefektifan media yang kita pergunakan. Hal ini mudah
kita lakukan dengan mengecek pemahaman siswa terhadap materi setelah Anda
mengajar. Selain itu, Anda juga dapat melakukan evaluasi selagi proses belajar
mengajar berjalan, dengan mengamati pencapaian dan prilaku siswa, apakah mereka
tertarik atau menunjukan antusiasme ketika merespon media yang dipergunakan.
Kelima pertanyan tersebut sangat penting untuk dipertimbangkan sebelum menentukan
media yang akan dipergunakan.
Sementara itu Kemp (1985) menunjukan beberapa faktor yang perlu
dipertimbang dalam memilih suatu media untuk pembelajaran sebagai berikut:
Appropriateness/Kesesuaian. Media yang dipergunakan harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Misalnya, jika Anda ingin siswa Anda dapat membaca iklan
tentang lowongan kerja, media yang sesuai adalah koran.
Level of Sophistification. Ini mengacu pada kesesuaian media dengan
tingkat kemampuan/level siswa. Sebagai contoh: ketika membeli kaset di toko,
Anda mungkin mendapat hasil rekaman yang baik dengan suara yang jelas; tetapi
ternyata kaset tersebut isinya terlalu sulit dipahami oleh siswa Anda. Jadi
pemilihan kaset tersebut tidak memenuhi persaratan level yang siswa dan Anda
perlukan. Untuk menghindari kejadian seperti ini Anda harus mengevaluasi
tingkat sophistification materi kaset tersebut, yaitu kosakatanya, kecepatan
penyajiannya (cepat/lambat), tingkat kompleksitas struktur kalimatnya, dan
sebagainya sehingga isi materi sesuai dengan tingkat kemampuan/level siswa.
Cost/Biaya. Anda harus mempertimbangkan apakah media yang ingin Anda
pergunakan membutuhkan biaya dapat dijangkau oleh Anda sendiri atau sekolah.
Meskipun peralatan tersebut kemudian dibeli oleh sekolah, apakah biaya tersebut
sebanding dengan keuntungan yang dapat diperoleh dari pembelajaran dengan media
tersebut. Tetapi, Anda tentunya tidak akan menyerah dengan situasi tersebut.
Availibility/Ketersediaan. Faktor keempat ini adalah tentang apakah media
tersebut tersedia. Bila tiak, tentunya Anda akan mencari alternatif-alternatif
lain.
Technical Quality/Kualitas Teknis Peralatan. Faktor kualitas teknis
mengacu pada suatu kenyataan bahwa ketika Anda memilih suatu media, media yang
dipilih tersebut haruslah berkualitas baik. Suara yang tidak jelas dari rekaman
yang tidak berkualitas hanya akan menghancurkan efektifitas media yang
digunakan yang sebelumnya diharapkan dapat menyajikan banyak stimuli.
Dari penuturan kedua ahli media pembelajaran tersebut di atas, kiranya
kita mendapat gambaran yang lebih luas tentang faktor apa saja yang harus kita
pertimbangkan ketika kita akan memilih suatu media yang akan kita pakai untuk
membantu proses pembelajaran siswa dalam upaya mencapai tujuan instruksional
secara optimal.
Klasifikasi Media Pembelajaran Menurut Para Ahli
Ada
beberapa cara untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan media pembelajaran
dengan dasar pertimbangan tertentu. Pengolongan media ini dapat juga dilakukan
dengan berdasarkan pada ruang lingkup pengertian media menurut para ahli yang
mengemukakannya. Berikut klasifikasi media pembelajaran menurut beberapa ahli: Kemp & Dayton (1985)
Mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, yaitu:
1) Media cetakan
Yaitu meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas
untuk pengajaran dan informasi. Misalnya buku teks, lembaran penuntun, penuntun
belajar, penuntun instruktur, brosur, dan teks terpogram.
2) Media pajang
Pada umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi di depan kelompok kecil. Misalnya papan tulis, flip chart, papan
magnet, papan kain, papan buletin, dan pameran.
3) OHP dan transparansi
Transparansi yang diproyeksikan adalah visual baik berupa
huruf, lambang, gambar, grafik atau gabungannya pada lembaran tembus pandang atau
plastik yang dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding.
4) Rekaman audiotape
Pesan dan isi pelajaran dapat direkam pada tape magnetik
sehingga hasil rekaman itu dapat diputar kembali pada saat diinginkan.
5) Seri slide (film bingkai) dan filmstrips
Adalah suatu film transparansi yang berukuran 35 mm dengan
bingkai 2 x 2 inci. Bingkai tersebut terbuat dari karton atau plastik. Film
bingkai diproyeksikan melalui slide proyektor. Program kombinasi film bingkai
bersuara pada umumnya berkisar 10 sampai 30 menit dengan jumlah gambar 10
sampai 100 buah.
6) Penyajian multi-image
Media berbasis visual (image atau perumpamaan) dapat
memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Bentuk
visualnya berupa gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang
menununjukkan bagaimana suatu benda. Diagram yang melukiskan hubungan konsep,
organisasi, dan struktur materi.
7) Rekaman video dan film hidup
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame
di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis
sehingga pada layar terlihat gambar hidup.
8) Komputer
Mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi yang diberi
kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan dan perhitungan sederhana
dan rumit. satu unit komputer terdiri atas empat komponen dasar, yaitu input
(keybord dan writing pad), prosesor (CPU: unit pemroses data yang diinput),
penyimpanan data (memori permanen/ROM, sementara RAM), dan output (monitor,
printer).
Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan
unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan
gerak. Di samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication)
dan media rekam (recording). Dengan demikian, media menurut
taksonomi Bretz dikelompokkan menjasi 8 kategori: 1) media audio visual gerak,
2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak,
5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.
Pengelompokan menurut tingkat kerumitan perangkat
media, khususnya media audio-visual, dilakukan oleh C.J Duncan, dengan
menyususn suatu hirarki. Dari hirarki yang digambarkan oleh Duncan dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat hirarki suatu media,
semakin rendah satuan biayanya dan semakin khusus sifat penggunaannya. Namun
demikian, kemudahan dan keluwesan penggunaannya semakin bertambah. Begitu juga
sebaliknya, jika suatu media berada pada hirarki paling rendah. Schramm (dalam
Sadiman, dkk., 1986) juga melakukan pegelompokan media berdasarkan tingkat
kerumitan dan besarnya biaya. Dalam hal ini, menurut Schramm ada dua kelompok
media yaitu big media (rumit dan mahal) dan little media
(sederhana dan murah). Lebih jauh lagi ahli ini menyebutkan ada media massal,
media kelompok, dan media individu, yang didasarkan atas daya liput media.
Beberapa ahli yang lain seperti Gagne, Briggs,
Edling, dan Allen, membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih
berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar, ketimbang sifat medianya
sendiri. Gagne misalnya, mengelompokkan media berdasarkan tingkatan hirarki
belajar yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam kelompok media seperti:
benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam,
gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Briggs mengklasifikasikan media
menjadi 13 jenis berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media
dengan karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut adalah: objek/benda
nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran
terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film (16 mm), film
rangkai, televisi, dan gambar (grafis).
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media
pembelajaran pun mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu
sendiri. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2002)
mengklasifikasikan media atas empat kelompok: 1) media hasil teknologi cetak,
2) media hasil teknologi audio-visual, 3) media hasil teknologi berbasis
komputer, dan 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Seels dan
Glasgow (dalam Arsyad, 2002) membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
media tradisional dan media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional berupa
media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian
multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan
media realia. Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis
telekomunikasi (misal teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal:
permainan komputer dan hypermedia).
Dari
beberapa pengelompokkan media yang dikemukakan di atas, tampaknya bahwa hingga
saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi (sistem taksonomi)
media yang baku. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media yang berlaku umum
dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional
(pembelajaran)
KARAKTERISTIK BEBERAPA JENIS MEDIA
PEMBELAJARAN
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik
tertentu, yang dikaitkan atau dilihat dari berbagai segi. Misalnya, Schramm
melihat karakteristik media dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat
diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai (Sadiman, dkk., 1990).
Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuannya membangkitkan
rangsangan seluruh alat indera. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai
karakteristik media pembelajaran sangat penting artinya untuk pengelompokan dan
pemilihan media. Kemp, 1975, (dalam Sadiman, dkk., 1990) juga mengemukakan
bahwa karakteristik media merupakan dasar pemilihan media yang disesuaikan
dengan situasi belajar tertentu.
Gerlach dan Ely mengemukakan tiga karakteristik
media berdasarkan petunjuk penggunaan media pembelajaran untuk mengantisipasi kondisi
pembelajaran di mana guru tidak mampu atau kurang efektif dapat melakukannya.
Ketiga karakteristik atau ciri media pembelajaran tersebut (Arsyad, 2002)
adalah: a) ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk
merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau
obyek; b) ciri manipulatif, yaitu kamampuan media untuk
mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang
dan waktu. Sebagai contoh, misalnya proses larva menjadi kepompong dan kemudian
menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu yang lebih singkat (atau
dipercepat dengan teknik time-lapse recording). Atau sebaliknya, suatu
kejadian/peristiwa dapat diperlambat penayangannya agar diperoleh urut-urutan
yang jelas dari kejadian/peristiwa tersebut; c) ciri distributif, yang
menggambarkan kemampuan media mentransportasikan obyek atau kejadian melalui
ruang, dan secara bersamaan kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa,
di berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai
kejadian tersebut.
Berdasarkan uraian sebelumnya, ternyata bahwa
karakteristik media, klasifikasi media, dan pemilihan media merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran. Banyak
ahli, seperti Bretz, Duncan, Briggs, Gagne, Edling, Schramm, dan Kemp, telah
melakukan pengelompokan atau membuat taksonomi mengenai media pembelajaran.
Dari sekian pengelompokan tersebut, secara garis besar media pembelajaran dapat
diklasifikasikan atas: media grafis, media audio, media proyeksi diam (hanya
menonjolkan visual saja dan disertai rekaman audio), dan media
permainan-simulasi. Arsyad (2002) mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi
empat kelompok berdasarkan teknologi, yaitu: media hasil teknologi cetak, media
hasil teknologi audio-visual, media hasil teknologi berdasarkan komputer, dan
media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Masing-masing kelompok media
tersebut memiliki karakteristik yang khas dan berbeda satu dengan yang lainnya.
Karakteristik dari masing-masing kelompok media tersebut akan dibahas dalam
uraian selanjutnya.
Media
grafis. Pada prinsipnya semua jenis media dalam kelompok ini
merupakan penyampaian pesan lewat simbul-simbul visual dan melibatkan
rangsangan indera penglihatan. Karakteristik yang dimiliki adalah: bersifat
kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat memperjelas suatu
masalah dalam bidang masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja, murah
harganya dan mudah mendapatkan serta menggunakannya, terkadang memiliki ciri
abstrak (pada jenis media diagram), merupakan ringkasan visual suatu proses,
terkadang menggunakan simbul-simbul verbal (pada jenis media grafik), dan
mengandung pesan yang bersifat interpretatif.
Media
audio. Hakekat dari jenis-jenis media dalam kelompok ini adalah
berupa pesan yang disampaikan atau dituangkan kedalam simbul-simbul auditif
(verbal dan/atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan indera pendengaran.
Secara umum media audio memiliki karakteristik atau ciri sebagai berikut: mampu
mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan jangkauannya
luas), pesan/program dapat direkam dan diputar kembali sesukanya, dapat
mengembangkan daya imajinasi dan merangsang partisipasi aktif pendengarnya,
dapat mengatasi masalah kekurangan guru, sifat komunikasinya hanya satu arah,
sangat sesuai untuk pengajaran musik dan bahasa, dan pesan/informasi atau
program terikat dengan jadwal siaran (pada jenis media radio).
Media
proyeksi diam. Beberapa jenis media yang termasuk kelompok ini
memerlukan alat bantu (misal proyektor) dalam penyajiannya. Ada kalanya media
ini hanya disajikan dengan penampilan visual saja, atau disertai rekaman audio.
Karakteristik umum media ini adalah: pesan yang sama dapat disebarkan ke
seluruh siswa secara serentak, penyajiannya berada dalam kontrol guru, cara
penyimpanannya mudah (praktis), dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan
indera, menyajikan obyek -obyek secara diam (pada media dengan penampilan
visual saja), terkadang dalam penyajiannya memerlukan ruangan gelap, lebih
mahal dari kelompok media grafis, sesuai untuk mengajarkan keterampilan
tertentu, sesuai untuk belajar secara berkelompok atau individual, praktis
dipergunakan untuk semua ukuran ruangan kelas, mampu menyajikan teori dan
praktek secara terpadu, menggunakan teknik-teknik warna, animasi, gerak lambat
untuk menampilkan obyek/kejadian tertentu (terutama pada jenis media film), dan
media film lebih realistik, dapat diulang-ulang, dihentikan, dsb., sesuai
dengan kebutuhan.
Media
permainan dan simulasi. Ada beberapa istilah lain untuk kelompok
media pembelajaran ini, misalnya simulasi dan permainan peran, atau permainan
simulasi. Meskipun berbeda-beda, semuanya dapat dikelompkkan ke dalam satu
istilah yaitu permainan (Sadiman, 1990). Ciri atau karakteristik dari media ini
adalah: melibatkan pebelajar secara aktif dalam proses belajar, peran pengajar
tidak begitu kelihatan tetapi yang menonjol adalah aktivitas interaksi antar
pebelajar, dapat memberikan umpan balik langsung, memungkinkan penerapan
konsep-konsep atau peran-peran ke dalam situasi nyata di masyarakat, memiliki
sifat luwes karena dapat dipakai untuk berbagai tujuan pembelajaran dengan
mengubah alat dan persoalannya sedikit saja, mampu meningkatkan kemampuan
komunikatif pebelajar, mampu mengatasi keterbatasan pebelajar yang sulit
belajar dengan metode tradisional, dan dalam penyajiannya mudah dibuat serta
diperbanyak.
Terima kasaih...
BalasHapusSangat bermanfaat untuk penulisan PTK saya...
Bagus..
BalasHapusPembaca dapat memantapkan pemahamannya tentang pemanfaatan media dalam pembelajaran.